FRANS KAISIEPO
Jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo tumbuh
sejak ia berkenalan dengan mantan guru Taman Siswa yang diasingkan ke Digul,
Papua. Bulan Juli tahun 1946, Frans menggagas berdirinya Partai Indonesia
Merdeka (PIM) di Biak. Saat Belanda mengadakan Konferensi Malino di Sulawesi
Selatan yang membahas rencana pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT), Frans
Kaisiepo menjadi anggota delegasi Irian Barat.
Frans Kaisiepo menentang rencana Belanda tersebut. Bahkan, ia
kemudian mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea dengan IRIAN yang
merupakan singkatan dan Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Frans
Kaisiepo dan rakyat Biak kemudian terus mengadakan perlawanan menentang
Belanda di Irian.
Saat Konferensi Meja Bundar (KMB), Frans menolak diangkat sebagai anggota
Delegasi Belanda. Akibatnya, ia dihukum dan diasingkan ke daerah terpencil. KMB
menghasilkan keputusan pengakuan kedaulatan terhadap Negara Republik Indonesia.
Namun, Belanda bersikeras bahwa Irian termasuk ke dalam wilayahnya. Tanggal 19
Desember 1961, Presiden Sukarno mengumandangkan Trikora (Tri Komando
Rakyat) sebagai upaya membebaskan Irian yang dilanjutkan dengan operasi
militer. Frans Kaisiepo turut aktif membantu TNI untuk mendarat di Irian Barat.
Ketika Trikora berakhir, perjuangan dilanjutkan melalui jalur
diplomasi. Tanggal 1 Mei 1963, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) menyerahkan Irian Barat kepada pemerintah RI. Frans Kaisiepo diangkat
menjadi gubernur yang pertama dan bertugas melaksanakan Penentuan Pendapat
Rakyat (PEPERA)
Komentar
Posting Komentar